Situasi 3:
Martabat ‘Proton City’
Beberapa hari lepas, saya tertarik dengan satu
sajak daripada artikel majalah Dewan Bahasa. Sajak ini merupakan hasil nurkilan
Md Salleh Yaapar yang bertajuk ‘Good Morning Putrajaya’.
Good Morning Putrajaya
Dimanakah
aku,
menjadi
rewang,
beroleng
dan kacau kalut,
sekuala,
semuara, sepulau, selaut,
segunung,
sebukit, sebusut,
sebutir
pasir
dan
masih tak mengerti,
tersenyum
bingung,
Precint,
Makna
apakah itu kamusku
Jalan
atau lorong sepi dinihari?
Putrajaya,
Semantik
apakah yang membebankan sinonimnya,
melemparkan
bahasa warga kita
dalam
siber yang tertanda lensa.
Alamanda
bungaku
dari celah dan ceruk kampung,
subur
seputrajaya tak ternoda,
moden
bahasa.
Good
Morning Putrajaya,
bin atau
binti apakah engkau
di sisi
bonda.
Ulasan:
Apa gunanya dasar Memartabatkan Bahasa Melayu
sekiranya beberapa perkara yang tidak terlihat seperti ini dilupakan Hakikat
sebenarnya, pengaruh bahasa Inggeris terlalu ditinggikan oleh masyarakat pada
masa kini dan ternyata minda warganegara kita sendiri masih dibelenggu dengan
unsur jajahan.
Sungguh
cantik si pohon Rusa,
Dibuat
hiasan di tengah laman,
Hilang
sudah warisan bangsa,
Ditelan
oleh edaran zaman.
No comments:
Post a Comment