Friday, March 8, 2013

Situasi 3



Situasi 3:
Martabat ‘Proton City’




Beberapa hari lepas, saya tertarik dengan satu sajak daripada artikel majalah Dewan Bahasa. Sajak ini merupakan hasil nurkilan Md Salleh Yaapar yang bertajuk ‘Good Morning Putrajaya’.
        Good Morning Putrajaya
          Dimanakah aku,
          menjadi rewang,
          beroleng dan kacau kalut,
          sekuala, semuara, sepulau, selaut,
          segunung, sebukit, sebusut,
          sebutir pasir
          dan masih tak mengerti,
          tersenyum bingung,
          Precint,
          Makna apakah itu kamusku
          Jalan atau lorong sepi dinihari?
          Putrajaya,
          Semantik apakah yang membebankan sinonimnya,
melemparkan bahasa warga kita
dalam siber yang tertanda lensa.
Alamanda
bungaku dari celah dan ceruk kampung,
subur seputrajaya tak ternoda,
moden bahasa.
Good Morning Putrajaya,
bin atau binti apakah engkau
di sisi bonda.

Sajak ini terus mengingatkan saya akan tempat yang sedang saya lalui sebagai mahasiswi ini turut mengalami unsur yang sama seperti nama tempat tersebut iaitu Proton City. Persoalannya, mengapa harus meninggikan bahasa luar, sehingga bahasa utama negara kita seolah-olah dilupakan. Beberapa tempat lagi yang akan dibangunkan di sini turut akan beroleh nasib yang sama sepertinya. 
 

Ulasan:
Apa gunanya dasar Memartabatkan Bahasa Melayu sekiranya beberapa perkara yang tidak terlihat seperti ini dilupakan Hakikat sebenarnya, pengaruh bahasa Inggeris terlalu ditinggikan oleh masyarakat pada masa kini dan ternyata minda warganegara kita sendiri masih dibelenggu dengan unsur jajahan.

Sungguh cantik si pohon Rusa,
Dibuat hiasan di tengah laman,
Hilang sudah warisan bangsa,
Ditelan oleh edaran zaman.

No comments:

Post a Comment

Cute Flying Pink Bird